Kalam Habib Abdullah bin Husien Bin Thahir
Musim haji
akan tiba. Kota suci Mekah bakalan di geruduk lagi oleh jutaan muslimin
dari seantero jagad. Kulit putih, kulit hitam, kulit coklat, kulit
kuning, semuanya tumpah ruah di kitaran Baitullah, Ka’bah di Bulan Dzul
Hijjah.
Thawaf,
Sa’i, lempar jumroh, serta wukuf Arafah akan memarakkan Dzul Hijjah di
tanah Haram sana. Lautan manusia bergelombang kain ihram serba putih
niscaya kian mengentalkan nuansa islami yang teduh dan damai. Aduhai,
alangkah beruntungnya orang yang hadir di sana.
Tidak bisa
di bantah. Haji, sebagai rukun islam kelima, wajib di kerjakan oleh
muslim yang telah berkemampuan. Patokan kemampuan ini di urai dengan
panjang lebar oleh ilmu fikih. Simak saja tausiyah Habib Abdullah bin
Husien bin Thahir berikut ini.
“Bergegaslah
menunaikan ibadah haji dan umrah kala kalian sudah berkesanggupan.
Awas, jangan di akhir-akhirkan, jangan pula berleha dan mengulur waktu
pelaksanaan keduanya. Allah SWT berfirman, yang maksudnya,
“Mengerjakan hajì adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”
“Mengerjakan hajì adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”
Baginda Nabi SAW mewanti-wanti,
“Barangsiapa memiliki bekal dan kendaraan yang memadai untuk pergi ke Masjidil Haram namun ia tak jua berhaji, maka terserah ia menghendaki mati dalam keadaan Yahudi atau Nasrani.”
“Barangsiapa memiliki bekal dan kendaraan yang memadai untuk pergi ke Masjidil Haram namun ia tak jua berhaji, maka terserah ia menghendaki mati dalam keadaan Yahudi atau Nasrani.”
HAJI DENGAN ILMU
Setiap
ibadah ada ilmunya. Begitu pula Haji. Agar pelaksanaannya berjalan
dengan benar dan lancar, alangkah bijaknya bila kita mempersiapkan
segala sesuatu yang di perlukan. Apa sajakah itu? Simak saja lanjutan
uraian Habib Abdullah berikut,
“Jika
kalian berniat melaksanakan haji, mula-mula persiapkan bekal cukup dari
harta yang halal. Lalu, jika kalian mampu, bantulah terlebih dahulu
orang-orang kurang mampu sekitarmu. Sebab, esensi haji adalah perkataan
bagus dan semangat untuk berbagi.”
“Bekali
pula diri kalian dengan pengetahuan Fiqh Haji, agar kalian bisa
melaksanakan prosesi secara sempurna dan terhindar dari kerusakan
ibadah. Lazimilah wirid-wirid serta dzikir-dzikir yang di sunnahkan kala
bepergian atau berhaji, seperti doa turun dari kendaraan, naik
kendaraan, memandangi kota-kota dan lain sebagainya. Bacalah wirid-wirid
yang sekiranya tidak membebani diri kalian. Jikalau kalian tidak
menghafal satu wiridpun, kalian cukup berujar,
أللهم إني أسألك من خير ماسألك منه عبدك ونبيك محمد صلى الله عليه وسلم
وأعوذبك مما استعاذك منه عبدك ونبيك محمد صلى الله عليه وسلم
وأعوذبك مما استعاذك منه عبدك ونبيك محمد صلى الله عليه وسلم
(Allahumma
Innie As-aluka Min Khairi Maa Sa-alaka Minhu ‘Abduka Wa Nabiyyuka
Muhammadun Shallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Sallam, Wa A’udzubika
Mimmas-Sta’aadzaka Minhu ‘Abduka Wa Nabiyyuka Muhammadun Shallahu
‘Alaihi Wa ‘Alaa Sallam) Artinya,
“Ya Allah, aku minta kepada-Mu segala kebaikan yang pernah di minta oleh hamba, sekaligus nabi-Mu, Muhammad SAW. Dan aku berlindung kepada-Mu dari segala yang pernah di mintakan perlindungan kepada Mu oleh Nabi-Mu Muhammad SAW.”
“Ya Allah, aku minta kepada-Mu segala kebaikan yang pernah di minta oleh hamba, sekaligus nabi-Mu, Muhammad SAW. Dan aku berlindung kepada-Mu dari segala yang pernah di mintakan perlindungan kepada Mu oleh Nabi-Mu Muhammad SAW.”
Usai
melaksanakan haji, jangan lupa menziarahi masjid kebesaran baginda Nabi
SAW. Sambangi pula tempat-tempat bernilai sejarah lainnya. Perbanyak
Shalawat kepada Nabi SAW di perjalanan, di kota Madinah, dan di setiap
keadaan kalian. Dan berucaplah dengan lìsan dan hati kalian setiap
saatnya, dalam aktifitas maupun diam,
“Ya Allah, karunialah aku kesempurnaan dalam melaksanakan ajaran Nabi SAW, dhahir maupun Bathin, dalam keadaan sehat dan selamat, dengan Rahmat-Mu, Wahai Zat Yang Maha Pengasih.”
“Ya Allah, karunialah aku kesempurnaan dalam melaksanakan ajaran Nabi SAW, dhahir maupun Bathin, dalam keadaan sehat dan selamat, dengan Rahmat-Mu, Wahai Zat Yang Maha Pengasih.”
HARUS DENGAN AKHLAK
Benar
adanya, berhaji kurang afdhal bila tidak di sertai mampir ke pusara
Baginda Nabi SAW. Sebab, Ka’bah dan Pusara Baginda Nabi adalah dua
monumen yang tak bisa di pisahkan. Kita beroleh hidayah dan bisa
berkiblat ke Ka’bah adalah berkat perjuangan Beliau SAW. Bisa
mengunjungi kedua tempat itu adalah anurgerah yang luar biasa. Begitu
pula mengunjungi tempat-tempat bernilah sejarah lainnya. Habib Abdullah
menasehatkan,
“Jika
seseorang di takdirkan oleh Allah SWT untuk sampai ke tempat-tempat yang
mulia dan penuh berkah, maka seyogianya ia memuji kebesaran-Nya dan
mensykuri karunia itu. Janganlah sampai ia lupa diri dan melanggar etika
kepantasan di tempat-tempat tersebut. Jangan sampai pula ia
bermalas-malasan dan membuang waktu. Akan tetapi, hendaklah ia sebisa
mungkin melaksanakan adab yang baik dalam tindak-tanduknya, dhahir dan
bathin, dan menjalankan ìbadah dengan cara yang paling sempurna.
Terpenting lagi, hendaklah ia berprasangka baik kepada semua orang, dan
tidak meremehkan siapa pun. Sebab, di Haramain, dosa kecil nilainya amat
besar. Sebagaimana pula nilai pahala dilipatgandakan di situ.” Labbaik
Allahumma Labbaik, Labbaika La Syarika Lak.
(Majalah Cahaya Nabawiy No.67 Th.VI Dzulhijjah 1429/Desember 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar