Ads 468x60px

Kamis, 04 Oktober 2012

Kalimat Permohonan Ijin Calon Penganten Wanita

Di kalangan masyarakat tertentu sebelum dilaksanakan prosesi ijab dan qobul atau ‘aqd annikah, biasanya ada sebuah tradisi penyampaian permohonan ijin dan do’a restu yang dilakukan oleh calon mempelai wanita kepada orang tuanya (khususnya permohonan ijin untuk menikahkannya). Walaupun prosesi seremonial ini bukan merupakan suatu keharusan, namun menurut hemat penulis, tradisi ini cukup baik untuk dilaksanakan terlebih lagi jika diniatkan sebagai bentuk birrul walidain (sebagai tanda bakti anak kepada orang tuanya).
Jika ada yang membutuhkan berikut ini ada beberapa contoh ucapan, bacaan atau kalimat permohonan ijin calon penganten wanita kepada ayah dan ibundanya (orang tua) :
Bismillahirrahmaannirrahiim, Astaghfirullahal’adzim, Asyhadualla illa ha illallah, Wa asyhadu anna muhammadarrosulullah.
Papa, Mama yang Ananda cintai dan hormati. Ananda menghaturkan permohonan maaf jika selama hidup Ananda ini telah banyak melakukan kesalahan dan kekhilafan baik kata-kata Ananda yang kurang berkenan ataupun perbuatan Ananda yang tidak pantas Ananda lakukan terhadapa Papa dan Mama.
Disaat yang baik ini, Ananda memohon izin, mohon restu untuk dinikahkan dengan kekasih pilihan Ananda, pria yang Ananda cintai, pria yang bernama ………………… bin …………….., dengan mas kawin berupa …………….., dibayar tunai. Ananda setulus hati ikhlas dan ridho, papa dan mama menikahkan Ananda.
Ananda juga mohon doa restu Papa dan Mama, semoga kehidupan rumah tangga Ananda nanti senantiasa rukun, damai, sejahtera sakinah mawaddah wa rahmah dan penuh berkah dari Allah SWT.
Ucapan Ayah :
Ananda ……………………….., papa dan mama memaafkan segala kesalahan dan kekhilafanmu serta mendoakan semoga hidupmu nanti senantiasa rukun, damai, sejahtera dan penuh keberkahan dari Allah SWT.
Ananda ……………………, disaat yang baik ini Insya Allah sebentar lagi papa akan menikahkanmu dengan kekasih pilihanmu bernama ………………… bin …………….., dengan mas kawin berupa …………….., dibayar tunai.. Semoga ridho dan berkah Allah SWT menyertai kita semua. Amiin.
VERSI YANG LAIN :
Calon Mempelai Wanita :
BISMILLAAHIRROHMAANIRROOHIIM
BAPAK DAN IBU YANG SAYA HORMATI, PADA HARI INI AKAN DILAKSANAKAN PERNIKAHAN ANANDA DENGAN CALON SUAMI PILIHAN ANANDA. SEBELUMNYA, ANANDA MOHON MAAF BILA SELAMA INI MELAKUKAN KESALAHAN DAN KEKHILAFAN BAIK YANG DISENGAJA MAUPUN YANG TERLUPA. SEKALIGUS ANANDA MOHON DO’A RESTU BAPAK DAN IBU, DAN MOHON KIRANYA BAPAK BERKENAN MENIKAHKAN ANANDA DENGAN CALON SUAMI PILIHAN ANANDA ______________________________ BIN ___________________________
DI BAWAH BIMBINGAN, DO’A DAN RESTU BAPAK SERTA IBU, SEMOGA PERNIKAHAN ANANDA SENANTIASA DALAM LINDUNGAN DAN RIDHO ALLAH SWT.
Ucapan Ayah :
BISMILLAAHIRROHMAANIRROOHIIM
SEGALA KESALAHAN DAN KEKHILAFAN ANANDA TELAH BAPAK DAN IBU MAAFKAN. DAN APAPUN YANG MENJADI HARAPAN ANANDA, AKAN BAPAK KABULKAN. DO’A RESTU BAPAK DAN IBU SELALU MENGIRINGI LANGKAH ANANDA BERDUA. SEMOGA SENANTIASA MEMPEROLEH
KEBAHAGIAAN DAN KETENTRAMAN SERTA DAPAT MEMBINA RUMAH TANGGA SAKINAH, MAWADDAH WA ROHMAH DALAM LINDUNGAN DAN RIDHO ALLOH SWT. AMIN



Dari berbagai sumber :
 http://m-alwi.com

Janji Nkah

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
WA AUFUU BIL ‘AHDI INNAL ‘AHDA KAANA MAS’UULAA
وَأَوْفُواْ بِالْعَهْدِ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْؤُولاً
“ Tepatilah janjimu, sesungguhnya janji itu kelak akan dituntut.”
SIGHAT TA’LIK YANG DIUCAPKAN SESUDAH AKAD NIKAH SEBAGAI BERIKUT :

Sesudah akad nikah, saya :
………………………………………. bin ……………………………………. berjanji dengan sesungguh hati, bahwa saya akan menepati kewajiban saya sebagai seorang suami, dan akan saya pergauli istri saya yang bernama : ………………………….. binti ……………………………….. dengan baik (mu’asyarah bil ma’ruf) menurut ajaran syari’at agama Islam.
Selanjutnya saya mengucapkan sighat ta’lik atas istri saya itu sebagai berikut :
Sewaktu-waktu saya :
1. Meninggalkan istri saya tersebut dua tahun berturut-turut,
2. Atau saya tidak memberi nafkah wajib kepadanya tiga bulan lamanya,
3. Atau saya menyakiti badan/jasmani istri saya itu,
4. Atau saya membiarkan (tidak memperdulikan) istri saya itu enam bulan lamanya.
Kemudian istri saya tidak ridho dan mengadukan halnya kepada pengadilan Agama dan pengaduannya dibenarkan serta diterima oleh pengadilan tersebut, dan istri saya itu membayar uang sebesar Rp. 10,000,- (sepuluh ribu rupiah) sebagai ‘iwad (pengganti) kepada saya, maka jatuhlah talak saya satu kepadanya.
Kepada pengadilan tersebut saya kuasakan untuk menerima uang ‘iwad (pengganti) itu dan kemudian menyerahkannya kepada Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Cq. Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syari’ah untuk keperluan ibadah sosial.
Pamarican, …………………………… 2012
Suami,
(……………………………………………..)

Selasa, 02 Oktober 2012

Ketika Musim Haji Bersemi

Kalam Habib Abdullah bin Husien Bin Thahir
Musim haji akan tiba. Kota suci Mekah bakalan di geruduk lagi oleh jutaan muslimin dari seantero jagad. Kulit putih, kulit hitam, kulit coklat, kulit kuning, semuanya tumpah ruah di kitaran Baitullah, Ka’bah di Bulan Dzul Hijjah.
Thawaf, Sa’i, lempar jumroh, serta wukuf Arafah akan memarakkan Dzul Hijjah di tanah Haram sana. Lautan manusia bergelombang kain ihram serba putih niscaya kian mengentalkan nuansa islami yang teduh dan damai. Aduhai, alangkah beruntungnya orang yang hadir di sana.
Tidak bisa di bantah. Haji, sebagai rukun islam kelima, wajib di kerjakan oleh muslim yang telah berkemampuan. Patokan kemampuan ini di urai dengan panjang lebar oleh ilmu fikih. Simak saja tausiyah Habib Abdullah bin Husien bin Thahir berikut ini.

“Bergegaslah menunaikan ibadah haji dan umrah kala kalian sudah berkesanggupan. Awas, jangan di akhir-akhirkan, jangan pula berleha dan mengulur waktu pelaksanaan keduanya. Allah SWT berfirman, yang maksudnya,
“Mengerjakan hajì adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”
Baginda Nabi SAW mewanti-wanti,
“Barangsiapa memiliki bekal dan kendaraan yang memadai untuk pergi ke Masjidil Haram namun ia tak jua berhaji, maka terserah ia menghendaki mati dalam keadaan Yahudi atau Nasrani.”
HAJI DENGAN ILMU
Setiap ibadah ada ilmunya. Begitu pula Haji. Agar pelaksanaannya berjalan dengan benar dan lancar, alangkah bijaknya bila kita mempersiapkan segala sesuatu yang di perlukan. Apa sajakah itu? Simak saja lanjutan uraian Habib Abdullah berikut,
“Jika kalian berniat melaksanakan haji, mula-mula persiapkan bekal cukup dari harta yang halal. Lalu, jika kalian mampu, bantulah terlebih dahulu orang-orang kurang mampu sekitarmu. Sebab, esensi haji adalah perkataan bagus dan semangat untuk berbagi.”
“Bekali pula diri kalian dengan pengetahuan Fiqh Haji, agar kalian bisa melaksanakan prosesi secara sempurna dan terhindar dari kerusakan ibadah. Lazimilah wirid-wirid serta dzikir-dzikir yang di sunnahkan kala bepergian atau berhaji, seperti doa turun dari kendaraan, naik kendaraan, memandangi kota-kota dan lain sebagainya. Bacalah wirid-wirid yang sekiranya tidak membebani diri kalian. Jikalau kalian tidak menghafal satu wiridpun, kalian cukup berujar,
أللهم إني أسألك من خير ماسألك منه عبدك ونبيك محمد صلى الله عليه وسلم
وأعوذبك مما استعاذك منه عبدك ونبيك محمد صلى الله عليه وسلم
(Allahumma Innie As-aluka Min Khairi Maa Sa-alaka Minhu ‘Abduka Wa Nabiyyuka Muhammadun Shallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Sallam, Wa A’udzubika Mimmas-Sta’aadzaka Minhu ‘Abduka Wa Nabiyyuka Muhammadun Shallahu ‘Alaihi Wa ‘Alaa Sallam) Artinya,
“Ya Allah, aku minta kepada-Mu segala kebaikan yang pernah di minta oleh hamba, sekaligus nabi-Mu, Muhammad SAW. Dan aku berlindung kepada-Mu dari segala yang pernah di mintakan perlindungan kepada Mu oleh Nabi-Mu Muhammad SAW.”
Usai melaksanakan haji, jangan lupa menziarahi masjid kebesaran baginda Nabi SAW. Sambangi pula tempat-tempat bernilai sejarah lainnya. Perbanyak Shalawat kepada Nabi SAW di perjalanan, di kota Madinah, dan di setiap keadaan kalian. Dan berucaplah dengan lìsan dan hati kalian setiap saatnya, dalam aktifitas maupun diam,
“Ya Allah, karunialah aku kesempurnaan dalam melaksanakan ajaran Nabi SAW, dhahir maupun Bathin, dalam keadaan sehat dan selamat, dengan Rahmat-Mu, Wahai Zat Yang Maha Pengasih.”
HARUS DENGAN AKHLAK
Benar adanya, berhaji kurang afdhal bila tidak di sertai mampir ke pusara Baginda Nabi SAW. Sebab, Ka’bah dan Pusara Baginda Nabi adalah dua monumen yang tak bisa di pisahkan. Kita beroleh hidayah dan bisa berkiblat ke Ka’bah adalah berkat perjuangan Beliau SAW. Bisa mengunjungi kedua tempat itu adalah anurgerah yang luar biasa. Begitu pula mengunjungi tempat-tempat bernilah sejarah lainnya. Habib Abdullah menasehatkan,
“Jika seseorang di takdirkan oleh Allah SWT untuk sampai ke tempat-tempat yang mulia dan penuh berkah, maka seyogianya ia memuji kebesaran-Nya dan mensykuri karunia itu. Janganlah sampai ia lupa diri dan melanggar etika kepantasan di tempat-tempat tersebut. Jangan sampai pula ia bermalas-malasan dan membuang waktu. Akan tetapi, hendaklah ia sebisa mungkin melaksanakan adab yang baik dalam tindak-tanduknya, dhahir dan bathin, dan menjalankan ìbadah dengan cara yang paling sempurna. Terpenting lagi, hendaklah ia berprasangka baik kepada semua orang, dan tidak meremehkan siapa pun. Sebab, di Haramain, dosa kecil nilainya amat besar. Sebagaimana pula nilai pahala dilipatgandakan di situ.” Labbaik Allahumma Labbaik, Labbaika La Syarika Lak.
(Majalah Cahaya Nabawiy No.67 Th.VI Dzulhijjah 1429/Desember 2008)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...